Triwungan, Suara khas tong-tong kembali menggema di Desa Triwungan, Kecamatan Kotaanyar Kabupaten Probolinggo, menandai semaraknya malam-malam Ramadan. Kesenian tradisional ini menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi masyarakat setempat dalam menyambut dan memeriahkan bulan suci.

Tong-tong, alat musik perkusi yang terbuat dari bambu atau kayu, dimainkan oleh sekelompok pemuda desa dengan irama yang dinamis dan penuh semangat. Suara yang dihasilkan berpadu dengan tabuhan beduk dan alunan musik tradisional lainnya, menciptakan suasana yang meriah dan syahdu.

Menurut sesepuh masyarakat Desa Triwungan, Bapak Hadi, tradisi tong-tong telah diwariskan secara turun-temurun dan memiliki makna yang mendalam. "Tong-tong tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana untuk membangunkan warga dan mengingatkan waktu sahur," ujarnya.

Selain itu, tradisi ini juga menjadi ajang silaturahmi antar warga desa. "Melalui kegiatan ini, kami mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan, serta melestarikan warisan budaya leluhur," tambah Bapak Hadi.

Pertunjukan tong-tong biasanya diadakan setiap malam selama bulan Ramadan, dimulai setelah salat tarawih hingga menjelang waktu sahur. Para pemain tong-tong berkeliling desa, menyapa warga dan menyebarkan keceriaan.

"Kami sangat senang dengan adanya tradisi tong-tong ini. Suaranya yang khas membuat suasana Ramadan di desa kami semakin meriah dan berkesan," ungkap salah seorang warga, Ibu Sukarti.

Pemerintah Desa Triwungan terus mendukung pelestarian kesenian tong-tong sebagai bagian dari upaya menjaga kekayaan budaya daerah. Berbagai upaya dilakukan untuk memperkenalkan tradisi ini kepada generasi muda dan masyarakat luas, agar tetap lestari dan berkembang di masa depan.

Dengan demikian, gema tong-tong di Desa Triwungan tidak hanya menjadi simbol semaraknya Ramadan, tetapi juga cerminan dari kekayaan budaya dan tradisi masyarakat yang patut dilestarikan.